Beranda | Artikel
Bahaya Membunuh Satu Jiwa (5)
Kamis, 20 Februari 2014

Tidak setiap orang kafir boleh diperangi atau dibunuh. Orang kafir yang hidup di tengah kaum muslimin dan membayar jizyah, orang kafir yang membuat perjanjian dan dapat jaminan keamanan, tidak boleh dibunuh sama sekali. Bahkan membunuhnya termasuk dosa besar. Penjelasan ini sekaligus meluruskan pemahaman keliru dari sebagian muslim yang menghalalkan darah orang-orang kafir yang berada di negeri ini.

Empat Jenis Orang Kafir

Orang kafir dapat dibagi menjadi empat:

(1) kafir mu’ahad, yaitu  orang kafir yang tinggal di negerinya dan mereka punya ikatan perjanjian dengan kaum muslimin.

(2) kafir dzimmi, yaitu orang kafir yang tinggal negeri muslim dan mereka bisa hidup bersama dengan kaum muslimin asal menunaikan jizyah (upeti).

(3) kafir musta’man, yaitu orang kafir yang masuk ke negeri kaum muslimin dengan diberikan jaminan keamanan dari pemerintah atau dari salah seorang muslim.

(4) kafir harbi, yaitu orang kafir selain tiga jenis di atas. Kaum muslimin diperintahkan untuk berjihad melawan orang kafir jenis ini sesuai dengan kemampuannya. (Lihat Tahdzib Tashil Al ‘Aqidah Al Islamiyyah karya Syaikh ‘Abdullah bin ‘Abdil ‘Aziz Al Jibrin, hal. 232-234)

Dosa Membunuh Kafir Dzimmi

Allah Ta’ala berfirman,

قَاتِلُوا الَّذِينَ لا يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَلا بِالْيَوْمِ الآخِرِ وَلا يُحَرِّمُونَ مَا حَرَّمَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ وَلا يَدِينُونَ دِينَ الْحَقِّ مِنَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ حَتَّى يُعْطُوا الْجِزْيَةَ عَنْ يَدٍ وَهُمْ صَاغِرُونَ

Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan tidak (pula) kepada hari kemudian dan mereka tidak mengharamkan apa yang telah diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya dan tidak beragama dengan agama yang benar (agama Allah), (yaitu orang-orang) yang diberikan Al Kitab kepada mereka, sampai mereka membayar jizyah dengan patuh sedang mereka dalam keadaan tunduk.” (QS. At Taubah: 29)

Dari ‘Abdullah bin ‘Amr, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ قَتَلَ قَتِيلًا مِنْ أَهْلِ الذِّمَّةِ لَمْ يَجِدْ رِيحَ الْجَنَّةِ وَإِنَّ رِيحَهَا لَيُوجَدُ مِنْ مَسِيرَةِ أَرْبَعِينَ عَامًا

Barangsiapa membunuh seorang kafir dzimmi, maka dia tidak akan mencium bau surga. Padahal sesungguhnya bau surga itu tercium dari perjalanan empat puluh tahun. ” (HR. An Nasa’i no. 4754 dan Ahmad 2: 186. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih)

Dosa Membunuh Kafir Mu’ahad

Al Bukhari membawakan hadits dalam Bab “Dosa orang yang membunuh kafir mu’ahad tanpa melalui jalan yang benar.” Dari ‘Abdullah bin ‘Amr, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ قَتَلَ مُعَاهَدًا لَمْ يَرَحْ رَائِحَةَ الْجَنَّةِ ، وَإِنَّ رِيحَهَا تُوجَدُ مِنْ مَسِيرَةِ أَرْبَعِينَ عَامًا

Siapa yang membunuh kafir mu’ahad ia tidak akan mencium bau surga. Padahal sesungguhnya bau surga itu tercium dari perjalanan empat puluh tahun.” (HR. Bukhari no. 3166)

Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

أَلاَ مَنْ قَتَلَ نَفْسًا مُعَاهِدَةً لَهُ ذِمَّةُ اللَّهِ وَذِمَّةُ رَسُولِهِ فَقَدْ أَخْفَرَ بِذِمَّةِ اللَّهِ فَلاَ يَرَحْ رَائِحَةَ الْجَنَّةِ وَإِنَّ رِيحَهَا لَيُوجَدُ مِنْ مَسِيرَةِ سَبْعِينَ خَرِيفًا

Ingatlah, siapa saja yang membunuh kafir mu’ahad di mana telah mendapatkan jaminan Allah dan Rasul-Nya, maka ia telah membatalkan perjanjian Allah tersebut. Ia tidak akan mencium bau surga padahal bau surga dapat diciup dari jarak perjalanan tujuh puluh tahun.” (HR. Tirmidzi no. 1403 dan Ibnu Majah no. 2687. Shahih kata Al Hafizh Abu Thohir)

Dosa Membunuh Kafir Musta’man

Allah Ta’ala berfirman,

وَإِنْ أَحَدٌ مِنَ الْمُشْرِكِينَ اسْتَجَارَكَ فَأَجِرْهُ حَتَّى يَسْمَعَ كَلامَ اللَّهِ ثُمَّ أَبْلِغْهُ مَأْمَنَهُ ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ قَوْمٌ لا يَعْلَمُونَ

Dan jika seorang di antara orang-orang musyrikin itu meminta perlindungan kepadamu, maka lindungilah ia supaya ia sempat mendengar firman Allah, kemudian antarkanlah ia ke tempat yang aman baginya. Demikian itu disebabkan mereka kaum yang tidak mengetahui.” (QS. At Taubah: 6)

Dari ‘Ali bin Abi Thalib, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ذِمَّةُ الْمُسْلِمِينَ وَاحِدَةٌ يَسْعَى بِهَا أَدْنَاهُمْ

Dzimmah kaum muslimin itu satu, diusahakan oleh orang yang paling bawah (sekalipun)”. (HR. Bukhari dan Muslim). Imam Nawawi rahimahullah mengatakan, “Yang dimaksudkan dengan dzimmah dalam hadits di atas adalah jaminam keamanan. Maknanya bahwa jaminan kaum muslimin kepada orang kafir itu adalah sah (diakui). Oleh karena itu, siapa saja yang diberikan jaminan keamanan dari seorang muslim maka haram atas muslim lainnya untuk mengganggunya sepanjang ia masih berada dalam jaminan keamanan.” (Syarh Muslim, 5: 34)

Adapun membunuh orang kafir yang berada dalam perjanjian dengan kaum muslimin secara tidak  sengaja, Allah Ta’ala telah mewajibkan adanya diat dan kafaroh sebagaimana firman-Nya,

وَإِنْ كَانَ مِنْ قَوْمٍ بَيْنَكُمْ وَبَيْنَهُمْ مِيثَاقٌ فَدِيَةٌ مُسَلَّمَةٌ إِلَى أَهْلِهِ وَتَحْرِيرُ رَقَبَةٍ مُؤْمِنَةٍ فَمَنْ لَمْ يَجِدْ فَصِيَامُ شَهْرَيْنِ مُتَتَابِعَيْنِ تَوْبَةً مِنَ اللَّهِ وَكَانَ اللَّهُ عَلِيمًا حَكِيمًا

Dan jika ia (si terbunuh) dari kaum (kafir) yang ada perjanjian (damai) antara mereka dengan kamu, maka (hendaklah si pembunuh) membayar diat yang diserahkan kepada keluarganya (si terbunuh) serta memerdekakan hamba sahaya yang mukmin. Barang siapa yang tidak memperolehnya, maka hendaklah ia (si pembunuh) berpuasa dua bulan berturut-turut sebagai cara tobat kepada Allah. Dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (QS. An Nisaa’: 92)

Semoga bermanfaat.

Diselesaikan menjelang Zhuhur @ Pesantren Darush Sholihin, Panggang, Gunungkidul, 20 Rabi’uts Tsani 1435 H

Akhukum fillah: Muhammad Abduh Tuasikal

Follow status kami via Facebook Muhammad Abduh Tuasikal, Fans Page Mengenal Ajaran Islam Lebih Dekat, Twitter RumayshoCom

Akan segera hadir buku Ustadz Muhammad Abduh Tuasikal terbaru: “Kenapa Masih Enggan Shalat?” seharga Rp.16.000,-. Silakan lakukan pre order dengan format: Buku enggan shalat# nama pemesan# alamat# no HP# jumlah buku, kirim ke 0852 00 171 222.


Artikel asli: https://rumaysho.com/6674-bahaya-membunuh-satu-jiwa-5.html